PENGARUH PENETAPAN HARGA, EFEKTIFITAS IKLAN DAN STRATEGI KEMASAN TERHADAP BRAND LOYALTY PRODUK DANONE AQUA
PENGARUH PENETAPAN HARGA, EFEKTIFITAS IKLAN DAN STRATEGI KEMASAN TERHADAP BRAND LOYALTY PRODUK DANONE AQUA
Pengarang
PRAMELANI
Tanggal terbit
2015/9/2
Jurnal
perspektif
Penerbit
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/perspektif/article/view/916
ABSTRACT
With increasingly fierce competition in the industry bottled mineral water, every brand perform a variety of ways to win. Products Danone Aqua has become a generic brand, but will need to create a strong brand loyalty because many bottled water brands that offer low prices or attractive packaging. Thus, the purpose of this study was to analyze the effect of pricing, advertising effectiveness and strategy of packaging on brand loyalty product Danone Aqua partially or simultaneously and analyze the most dominant factor in influencing brand loyalty. The sample was 130 people and carried out questionnaires to the Student of Academy Communication Bina Sarana Informatika with convenience sampling method. Data analysis technique used is multiple linear regression with the results obtained indicate pricing significant and positive impact on brand loyalty, advertising effectiveness significant and positive impact on brand loyalty, and packaging strategies significant and positive impact on brand loyalty. Effectiveness of advertising is the most dominant as the most effective in increasing brand loyalty. While simultaneously pricing, advertising effectiveness and packaging strategies significant and positive impact on brand loyalty. Analysis of the coefficient determination on adjusted R Square of 0.497 which means donations pricing, advertising effectiveness, and packaging strategy is 49.7%, while the remaining 50.3% is influenced by other factors not examined.
Keywords: Pricing, Advertising Effectiveness, Packaging Strategies and Brand Loyalty
PENGARUH PENETAPAN HARGA, EFEKTIFITAS IKLAN DAN STRATEGI KEMASAN TERHADAP BRAND LOYALTY PRODUK DANONE AQUA
Pramelani
Program Studi Hubungan Masyarakat
Akademi Komunikasi BSI
Jakarta
Jl. Sekolah Internasional No.
1-6, Antapani, Bandung
Pramelani.pli@bsi.ac.id
ABSTRACT
With
increasingly fierce competition in the industry bottled mineral water, every
brand perform a variety of ways to win. Products Danone Aqua has become a
generic brand, but will need to create a strong brand loyalty because many
bottled water brands that offer low prices or attractive packaging. Thus, the
purpose of this study was to analyze the effect of pricing, advertising
effectiveness and strategyof packaging on brand loyalty product Danone Aqua
partially or simultaneously and analyze the most dominant factor in influencing
brand loyalty. The sample was 130 people and carried out questionnaires to the
Student of Academy Communication Bina Sarana Informatika with convenience sampling method. Data analysis technique
used is multiple linear regression with the results obtained indicate pricing
significant and positive impact on brand loyalty, advertising effectiveness
significant and positive impact on brand loyalty, and packaging strategies
significant and positive impact on brand loyalty. Effectiveness of advertising
is the most dominant as the most effective in increasing brand loyalty. While simultaneously
pricing, advertising effectiveness and packaging strategies significant and
positive impact on brand loyalty. Analysis of the coefficient determination on adjusted R Square of 0.497 which means donations pricing,
advertising effectiveness, and packaging strategy is 49.7%, while the remaining
50.3% is influenced by other factors not examined.
.
Keywords:Advertising Effectiveness, Packaging Strategies and Brand Loyalty, Pricing,
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Persaingan industri air
minum kemasan semakin ketat. Hal ini terlihat dari hadirnya pemain baru dan pemain lama dengan berbagai jenis minuman lain. Tahun 2013 perusahaan air
minum dalam kemasan telah terdapat kurang lebih 500 perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Dari banyaknya
perusahaan tersebut, hanya sekitar 10 perusahaan yang menguasai 60% pangsa
pasar, seperti Aqua, Club, Pure Life, Ades, Prima, Cleo, Vit dan lainnya.
Sedangkan 40% sisanya diperebutkan oleh merek air minum dalam kemasan yang banyak
bermunculan di daerah-daerah.
Industri air minum setiap tahunnya
diperkirakan akan terus tumbuh dimana terlihat dari adanya peningkatan konsumsi
air minum kemasan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2012 konsumsi air minum kemasan tumbuh sekitar 10,6% dibandingkan
tahun 2011 yakni dari 17,9 miliar liter menjadi 19,8 miliar liter. Dan pada
tahun 2013 pun mengalami kenaikan sebesar 22,5 miliar liter. Daerah konsumsi
yang paling besar adalah di Jawa sebanyak 40% serta sisanya 60% tersebar di
luar Pulau Jawa. Dan menurut Hendro Bareno, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum
Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), konsumsi air minum kemasan diperkirakan akan
naik 11 % atau 24 miliar liter sampai dengan akhir tahun 2014.
Kini, perusahaan sadar
bahwa brand dalam suatu produk itu
penting. Maka strategi apapun dilakukan perusahaan agar konsumen loyal terhadap brand suatu produk sangat diperhatikan.
Upaya sebagai brand nasional, Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) merek Club yang berada di Jawa Timur ini tidak hanya
fokus terhadap kualitas produk tetapi juga pendistribusian dengan konsep geurilla marketing dimana pasar-pasar
yang dibidik adalah daerah yang belum menggunakan air mineral. Di samping itu,
harga yang ditawarkan Club lebih murah antara 25-30% dibandingkan dari market leader. Begitu juga strategi yang
dimiliki oleh AMDK Alto dari PT. Tri Banyan Tirta yaitu kualitas produk
berstandar internasional, harga terjangkau, dapat dibeli dimana saja, serta
kemasan yang mudah dilihat, dikenali dan ditemukan sehingga memudahkan dalam
penjualan atau pembelian. Sedangkan, AMDK Perhutani milik BUMN yang telah
ekspor ke Jepang tidak mau kalah untuk berbenah diri di dalam peningkatan daya
saing di pasar internasional yakni dengan dilakukan re-branding dan re-packaging
pada produknya.
Di samping itu, kapasitas
produksi dari masing-masing perusahaan pun ditingkatkan untuk dapat menangkis
persaingan. Produsen merek Club pun meningkatkan produksi karena adanya
permintaan yang tinggi dimana kapasitas produksi sudah mencapai ratusan juta
liter per tahun dengan jumlah 20 pabrik tahun 2013 yang tersebar di Indonesia.
Merek Cleo memiliki 11 pabrik dengan kapasitas produksi 100 juta liter tiap bulan.
Sedangkan merek Danone Aqua berkapasitas produksi 9 hingga 10 miliar liter per
tahun dengan 16 pabrik di tahun yang sama.
Meskipun masih di posisi
sebagai market leader air minum dalam
kemasan (AMDK), Danone Aqua sejak lima tahun belakangan ini telah terjadi
penurunan market share karena
persaingan yang kuat dari berbagai perusahaan AMDK produk lokal. Namun, Danone
Aqua tetap optimis berusaha mengembangkan merek yang ada karena melihat adanya
peningkatan kebutuhan pasar. Usaha tersebut terlihat dengan rencana pengadaan
kapasitas produksi tahunan sebanyak 20 miliar liter dalam kurun waktu 3-5 tahun
ke depan, dan membuka 10 pabrik lagi dari 17 pabrik yang sudah ada. Tidak hanya
itu pula, Danone Aqua juga menjaga kualitas produknya sebagai air mineral
pegunungan, giat berkampanye iklan setiap tahun sebagai contoh pada bulan puasa
kemaren bertema “Sehat ala Aqua” yang disosialisasikan melalui iklan di media
siar dengan program 2+4+2 serta baru-baru ini gerakan yang diluncurkan bertema
“Dari Kita untuk Indonesia” dimana ditayangkan di media dalam bentuk video
musikal dan kemasan produk Aqua pun bertema yang sama.
Strategi lain dari Danone
Aqua dalam menghadapi kompetitor, ditunjukkan juga pada bentuk kemasan yang
bervariasi dimana dikemas dengan proses higienis dalam beberapa ukuran kemasan
botol plastik yang terdiri dari 330 ml, 600 ml, 750 ml dan 1500 ml serta
kemasan gelas plastik ukuran 240 ml dan kemasan galon 19 l. Label kemasan
dirancang sesuai dengan tema kegiatan yang sedang diadakan seperti pada saat
menyambut kemeriahan pesta bola diluncurkan kemasan 600 ml edisi khusus Aqua
Danone Nations Cup, pada bulan puasa
dikeluarkan kemasan khusus edisi Ramadhan pada kemasan 600 ml, 1500 ml, dan multipack (6x1500ml) agar dapat
mengangkat nilai-nilai Ramadhan baik dari nilai kebersamaan, memaafkan serta
saling berbagi. Kemasan Danone Aqua terdapat pula botol bervolume 750 ml dengan
konsep Click and Go dimana konsep ini
ditujukan untuk anak muda. Dengan berbagai kemasan termasuk didalamnya berbagai
desain label kemasan tersebut ditunjukkan agar tercipta image Danone Aqua selalu modern, inovatif serta dinamis.
Harga AMDK
setiap merek pun bersaing. Menurut Hendro, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air
Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) (Neraca, 2014) harga setiap merek
dagang air minum dalam kemasan memiliki perbedaan antara harga merek nasional
dengan lokal yang mencapai sekitar 20%-30%. Tahun ini, produsen AMDK juga telah
mengalami kenaikan harga pada awal tahun dikarenakan harga seperti harga air
kemasan berlogo merah naik dari Rp7.500,- menjadi Rp8.500,- per galon isi 19
liter, dan kemasan gelas per kotak (isi 44) naik dari Rp14.000,- menjadi
Rp16.000,-. Sedangkan kenaikan harga Danone Aqua naik menjelang puasa, air
galon merek Aqua naik berkisar Rp1000-Rp2000 dimana harga aqua galon dari
Rp13.000 menjadi Rp14.000 per galon. Sedangkan kenaikan harga Aqua 240
mililiter (ml) dan 1500 ml sekitar 5% per karton. Harga tersebut naik dikarenakan
harga bahan baku dan biaya produksi meningkat. Meski demikian, Aqua lebih
mengunggulkan kualitas produknya.
AMDK merek Danone Aqua
sudah menjadi brand generik untuk
semua jenis air minum dalam kemasan dimana nama “Aqua” juga disebut bagi
merek-merek lain pada saat konsumen membeli produk AMDK. Sehingga tidak jarang
yang diberikan ke konsumen bukan produk Danone Aqua melainkan produk AMDK merek
lain. Di samping itu, Danone Aqua yang telah berusia 40 tahun di dalam proses
membangun merek tidak luput dihadapkan pada persaingan ketat dengan merek AMDK
yang lain dimana tidak sedikit yang menawarkan harga murah atau kemasan yang
menarik. Oleh karena itu, penulis menjadi tertarik untuk mengangkat penelitian
mengenai penetapan harga, efektifitas iklan dan strategi kemasan produk Danone
Aqua terhadap brand loyalty konsumen.
Berdasarkan latar
belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh harga
terhadap brand loyalty produk Danone
Aqua?
2. Apakah terdapat pengaruh iklan
terhadap brand loyalty produk Danone
Aqua?
3. Apakah terdapat pengaruh kemasan
terhadap brand loyalty produk Danone
Aqua?
4. Apakah terdapat pengaruh secara
serentak harga, iklan, dan kemasan terhadap brand
loyalty produk Danone Aqua?
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisa pengaruh harga, iklan dan kemasan terhadap
brand loyalty pada produk Danone Aqua
secara parsial.
2. Untuk menganalisa
pengaruh harga, iklan, dan kemasan terhadap brand
loyalty pada produk Danone Aqua secara simultan.
3. Untuk menganalisavariabel-variabel yang
dominan dalam mempengaruhibrand loyalty.
Penelitian ini diharapkan
memiliki kegunaan atau manfaat yakni:
1. Secara aspek teoritis,
penelitian
ini dapat dijadikan sebagai
penambah
keilmuan
dalam dunia manajemen pemasaran bagi peneliti dan mahasiswa khususnya mengenai brand loyalty serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara aspek praktis,
penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan atau saran bagi kemajuan
perusahaan Danone Aqua di dalam menciptakan brand
loyalty. Dan, bagi perusahaan air minum mineral lainnya dapat sebagai bahan
informasi di dalam penyusunan strategi pemasaran yang tepat agar tetap terus survive dan dapat memenangkan
persaingan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Teori Brand Loyalty (Y)
Istilah ”kesetiaan” dalam dunia
marketing disebut dengan brand loyalty atau bermakna kesetiaan pelanggan terhadap merek tertentu. Menciptakan kesetiaan
atau loyalitas pelanggan adalah tujuan jangka panjang dari pemasar. Dengan
loyalitas merek maka memberikan tingkat permintaan yang aman bagi perusahaan
meskipun harga yang ditawarkan ke pelanggan lebih tinggi. Jadi, brand loyalty sangat penting dalam
setiap perusahaan dalam
memenangkan persaingan.
Menurut Aaker dalam Kartajaya
(2010) mendefinisikan brand loyalty
adalah sebuah ukuran ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek. Dan Rangkuti
(2010:96) menyebutkan loyalitas brand
sebagai keadaan dimana konsumen beranggapan bahwa brand tertentu secara fisik berbeda dari brand pesaing, citra brand
tersebut melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan
terhadap brand tertentu. Definisi brand loyalty oleh Wahyudi (2012) adalah
keadaan dimana pelanggan tetap setia terhadap satu jenis merek produk tertentu.
Untuk mengukur tersebut terdapat
tingkatan ketertarikan pelanggan terhadap merek. Di bawah ini terdapat empat
tingkatan brand loyalty menurut
Kartajaya (2009) yaitu :
1.
Switcher/price sensitive
Pelanggan tidak loyal kepada merek. Setiapmerek dipersepsikan memberikan
kepuasan yang hampir sama. Nama merek berperan kecil dalam keputusan pembelian.
Dan pelanggan sensitif dengan penawaran yang lebih murah.
2.
Satisfied/habitual
buyer
Pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya tidak merasa tidak
puas terhadap produk perusahaan.
3. Satisfied buyer with switching cost
Pelanggan merasa puas terhadap produk dan harus
mengeluarkan biaya tertentu jika ingin berpindah merek. Jadi, pada tingkatan
ini pelanggan sensitif dengan benefit yang
dapat melampaui biaya untuk berpindah ke merek lain.
4.
Likes the brand
Pelanggan
sungguh menyukai merek dan memiliki pertalian emosional dengan merek.
5.
Committed
buyer
Pelanggan memiliki rasa bangga menggunakan produk yang
ditawarkan perusahaan dan merekomendasikan merek yang sama kepada orang lain.
2.2. Teori Penetapan Harga (X1)
Harga adalah merupakan salah
satu elemen dari marketing mix (bauran
pemasaran). Menurut Kotler dan Amstrong dalam Kartajaya (2009) price is the amount of money charged for a
product (harga adalah sejumlah uang yang dikenakan pada suatu produk). Sama
dengan pendapat Suharno dan Sutarso (2010) harga adalah sejumlah uang yang
dibayarkan untuk mendapatkan suatu produk. Begitu pula pendapat Rangkuti (2010)
price adalah harga yang bersedia dikeluarkan
oleh konsumen.
Harga
berdasarkan sudut pandang pelanggan oleh Cannon, Perreault, McCarthy (2009) disebutkan sebagai berikut:
1. Penetapan harga
berdasarkan nilai (value-pricing).
Harga didasarkan pada kualitas
yang ditawarkan akan memberikan nilai
pelanggan yang unggul pada pasar target. Perusahaan dapat menurunkan harga
apabila pelanggan tidak sepenuhnya merasa puas. Harga yang tinggi adalah untuk
konsumen yang sudah mengenal merek.
2. Persaingan harga dengan
kompetitor.
Dalam persaingan harga tidak dipungkiri terdapat persaingan dengan merek
lain. Harga yang dinaikkan mungkin dapat mengakibatkan kerugian besar dalam
penjualan, kecuali kompetitor menggunakan harga yang juga lebih tinggi. Untuk
itu dapat dipilih tujuan penetapan harga status
quo dan harga di tingkat kompetitif.
Dan dijabarkan
oleh Indrajaya (2008) bahwa strategi pemasaran dalam harga harus terjangkau
oleh konsumen dan harga mencerminkan layak atau tidak konsumen membayar nilai
tertentu untuk kualitas yang ditawarkan oleh produk. Faktor harga adalah hal
yang sensitif bagi konsumen dan ingin mendapatkan barang terbaik dengan harga
terendah.
2.3. Teori Efektifitas
Iklan (X2)
Advertising atau iklan merupakan salah satu bagian dari promotion mix dalam bauran pemasaran.
Definisi advertising dalam Kartajaya
(2010) adalah bentuk presentasi dan promosi ide, barang atau jasa berbayar
melalui sponsor atau media tertentu. Pengertian iklan tersebut tidak jauh
berbeda dengan yang dikemukakan oleh Morissan (2010) yakni setiap bentuk
komunikasi non personal mengenai
suatu organisasi, produk, servis atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang
diketahui. Sedangkan, Pendapat Suharno dan Sutarso (2010) iklan produk adalah
iklan dimana pesan yang disampaikan adalah fokus pada produk tertentu.
Iklan
merupakan salah satu bentuk promosi suatu produk yang melibatkan media massa.
Dalam beriklan diperlukan efektifitas dimana pesan yang disampaikan oleh iklan
tersebut dibuat agar mudah diserap dan dimengerti oleh masyarakat. Menurut
Kotler dalam Rangkuti (2009) terdapat empat dimensi dalam memproyeksikan
efektifitas iklan atau dikenal dengan EPIC
model:
1.
Dimensi
emphaty.
Menginformasikan apakah
konsumen menyukai iklan dan
menggambarkan hubungan antara iklan
dengan pribadi
2. Dimensi persuasion.
Menginformasikan apa
yang diberikan iklan kepada peningkatan atau penguatan karakter suatu merk
sehingga pemasang iklan mendapatkan pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan
membeli dan daya tarik terhadap suatu merek.
3. Dimensi impact.
Menunjukkan apakah
suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain di kategori yang
serupa dan apakah iklan tersebut dapat melibatkan konsumen dalam pesan yang
disampaikan.
4.
Dimensi
communication
Dimensi ini dapat
memberikan informasi tentang apakah konsumen dapat mengingat pesan utama yang
disampaikan, pemahaman konsumen serta kekuatan kesan yang ditinggalkan oleh
pesan tersebut.
2.4. Teori
Strategi Kemasan (X3)
Kemasan atau packaging adalah unsur yang kelima P
dari marketing mix (bauran pemasaran)
yaitu price, product, place, promotion,
packaging. Kemasan menurut Yuyun dan Gunarsa (2011) dikatakan bahwa kemasan
atau packaging merupakan faktor
penting dalam upaya untuk memastikan bahwa makanan dan minuman yang dihasilkan
mudah dijajakan dan aman. Dan pendapat Kotler and
Keller (2012) kemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah
atau bungkus produk.
Ada beberapa strategi
pengemasan yang dipaparkan oeh Madura (2009:174) untuk menentukan suatu
kesuksesan suatu produk dan sebagai pembeda dengan pesaing, yaitu :
1. Fokus pada kemudahan.
Dengan kemasan yang mudah dan
pemilihan bentuk sesuai selera.
2. Sarana media iklan.
Kemasan menginformasikan kepada
konsumen isi kandungan. Iklan pada kemasan menjadikan faktor kunci yang
mendorong konsumen membeli sebuah produk.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penulisan
ini diambil dari jurnal yang berjudul sebagai berikut:
1.
Jurnal
“The impact of packaging, price and
brandwareness on brand loyalty: Evidence from the paint retailing industry”
oleh Dhurup, Mafini, Dumasi (2014). Dalam penelitian tersebut untuk menyelidiki
dampak dari kemasan, harga, dan brand
awareness terhadap brand loyalty
dengan pendekatan survei kuantitatif menggunakan analisa regresi dan hasilnya
menunjukkan pada hipotesis (H1)terdapat hubungan positif yang
signifikan antara packaging dan brand loyalty, pada hipotesis (H2)
digambarkan adanya hubungan positif yang signifikan antara harga dan brand loyalty, dan hipotesis (H3)
diperlihatkan juga adanya hubungan positif yang signifikan antara brand awareness dan brand loyalty.
2.
“Factor and elements influencing brand
loyalty : A Case Study in Customers of Khazar gaz in Mazandaran”oleh
Doostar (2013), Asli, Behrang. Penelitian ini digunakan analisa korelasi
spirman dimana hasilnya menunjukkan beberapa hubungan yakni: terdapat hubungan
yang signifikan antara kualitas dan brand
loyalty, terdapat hubungan yang signifikan antara easy use dan brand loyalty,
terdapat hubungan signifikan antara advertising dan brand loyalty, terdapat
hubungan yang signifikan antara brand
awareness dan brand loyalty, dan
terdapat hubungan yang signifikan antara brand
image dan brand loyalty.
3. Jurnal “Impact of Quality, Advertisement and Company Image on Brand Loyalty in
CMPAK (ZONG)” oleh Sulehri (2014) dipaparkan dalam penelitiannya dengan
menggunakan analisa korelasi pearson dan regresi didapatkan hasil bahwa citra
perusahaan, kualitas layanan, iklan dan persepsi harga memiliki dampak positif
pada brand loyalty.
2.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pertama
Hipotesis kedua
Hipotesis ketiga
Hipotesis keempat
|
:
:
:
:
|
Diduga terdapat
pengaruh penetapan harga
terhadap brand loyalty.
Diduga terdapat
pengaruh efektifitasiklan
terhadap brand loyalty.
Diduga terdapat
pengaruh strategi kemasanterhadap
brand loyalty.
Diduga terdapat pengaruh secara bersamaan penetapan harga,efektifitasiklan, danstrategi kemasan terhadap brand loyalty. |
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini
adalah:
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah
desain penelitian assosiatif dimana termasuk ke dalam jenis penelitian menurut
tingkat eksplanasi.Penelitian assosiatif merupakan penelitian yang mengetahui
hubungan/pengaruh antara dua atau lebih variabel.
Adapun
variabel-variabel yang diteliti adalah variabel independen yang terdiri dari
harga, iklan, dan kemasan; sedangkan variabel dependen adalah brand loyalty produk Danone Aqua.
Kemudian, variabel-variabel tersebut akan dianalisa dengan regresi linear
berganda dan hipotesa diuji menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05 atau
tingkat kepercayaan 95% dengan ketentuan:
Jika sig > 0,05 maka H0
diterima.
Jika sig < 0,05 maka H0
ditolak.
3.2. Bentuk
Penelitian Kuantitatif (Pengaruh)
Penelitian kuantitatif lebih menekankan
jumlah data yang dikumpulkan.Sehingga dalam penelitian, data diperoleh dari
penyebaran kuesioner dan dikumpulkan untuk dianalisa dan diuji hipotesa. Dari
analisa tersebut akan diketahui signifikan atau tidak pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen serta dapat diketahui seberapa besar
pengaruh antar variabel.
3.3. Populasi
Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah yang pernah mengkonsumsi produk Danone Aqua pada
mahasiswa AKOM BSI.
3.4. Sampel
Teknik pengambilan sampel
digunakan non probability
samplingdengan metode convenience sampling yang merupakan teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan saja, anggotapopulasi yang ditemui peneliti dan
bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel (Siregar 2014). Dalam
penelitian ini diambil 130 sampel. Disebutkan juga oleh Sarwono (2011) bahwa
ukuran sampel yang baik yaitu antara >100 – 500 dan ditambahkan 30% dari
minimum 100 sampel agar terhindar dari respoden yang tidak mau menjawab.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh
dianalisis deng-an Uji t, Uji F dan Analisa Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)menggunakan SPSS, yaitu :
Tabel IV.1.
Hasil Regresi Linier Berganda
Model Summaryb
|
|||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
|||
1
|
.713a
|
.508
|
.497
|
.439692
|
|||
a. Predictors:
(Constant), STRATEGI KEMASAN, PENETAPAN HARGA, EFEKTIFITAS IKLAN
|
|||||||
b. Dependent Variable: BRAND LOYALTY
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Diolah menggunakan SPSS 17.0)
|
|||||||
ANOVAb
|
|||||||
Mean Square
|
F
|
||||||
8.400
|
43.450
|
||||||
.193
|
|||||||
a. Predictors:
(Constant), STRATEGI KEMASAN, PENETAPAN HARGA, EFEKTIFITAS IKLAN
|
|||||||
b. Dependent
Variable: BRAND LOYALTY
|
|||||||
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Diolah menggunakan
SPSS 17.0)
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-.204
|
.320
|
-.636
|
.526
|
|
PENETAPAN HARGA
|
.374
|
.095
|
.290
|
3.957
|
.000
|
|
EFEKTIFITAS
IKLAN
|
.341
|
.085
|
.322
|
4.005
|
.000
|
|
STRATEGI KEMASAN
|
.291
|
.097
|
.260
|
2.989
|
.003
|
|
a. Dependent
Variable: BRAND LOYALTY
|
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Diolah
menggunakan SPSS 17.0)
1. Analisa Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linier berganda didapatkan hasil sebagai berikut:
Ŷ =
-2,04 + 0,374X1 + 0,341X2 + 0,291X3
a.
Konstanta β0 = -2,04 artinya jika harga, iklan
dan kemasan bernilai 0, maka brand
loyalty memiliki nilai negatif sebesar -2,04.
b.
Koefisien β1 = 0,374, artinya jika variabel harga naik 1 satuan
maka brand loyalty akan naik sebesar
0,374 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
c.
Koefisien β2 = 0,341, artinya jika variabel harga dan kemasan
memiliki nilai tetap dan iklan ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka brand loyaltyakan meningkat sebesar
0,341 satuan.
d.
Koefisien β3 = 0,291, artinya jika variabel harga dan iklan memiliki nilai tetap dan
kemasan ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka brand
loyaltyakan meningkat sebesar 0,291 satuan.
2. Uji t
Uji t adalah untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Dalam pengambilan
keputusan apakah berpengaruh signifikan atau tidak, yaitu :
t hitung ≤ t kritis jadi H0 diterima
t hitung > t kritis jadi H0 ditolak
a.
Hipotesa 1
Pengujian β1(penetapan harga)
Ho: β1= 0, artinya
variabel penetapan harga (X1) tidak berpengaruh terhadap variabel brand loyalty (Y).
Ha : β1≠ 0, artinya
variabel penetapan harga (X1) berpengaruh terhadap variabel brand loyalty (Y).
Pada tabel coefficients
didapatkan t hitung adalah 3,957. Dengan taraf signifikan 0,05 (2 –tailed) dan df = n-k-1 atau 130-3-1 =
126 (k adalah jumlah variabel independen), maka hasil t kritis adalah 1,979.
Jadi, t hitung (3,957) > t kritis (1,979) yang berarti hipotesis nol ditolak
atau diartikan bahwa penetapan harga berpengaruh terhadap brand loyalty. Dan berdasarkan probabilitas (signifikansi)
diketahui sebesar 0,000 < 0,05 pada tabel coefficients, maka Ho ditolak sehingga disimpulkan
penetapan harga berpengaruh terhadap brand
loyalty.
b.
Hipotesa 2
Pengujian b2 (efektifitas iklan)
Ho: β2 = 0, artinya
variabel efektifitas
iklan (X2) tidak berpengaruh terhadap variabel brand
loyalty(Y).
Ha : β2 ≠ 0, artinya
variabel efektifitas
iklan (X2) berpengaruh terhadap variabel brand loyalty(Y).
Pada tabel coefficients
didapatkan t hitung adalah 4,005. Dengan taraf signifikan 0,05 (2 –tailed) dan df = n-k-1 atau 130-3-1 =
126 (k adalah jumlah variabel independen), maka hasil t kritis adalah 1,979.
Jadi, t hitung (4,005) > t kritis (1,979) yang berarti hipotesis nol ditolak
atau diartikan efektifitas iklan berpengaruh terhadap brand loyalty. Dan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 pada tabel coefficients, maka Ho ditolak
sehingga dapat diambil keputusan bahwa efektifitas iklan berpengaruh terhadap brand loyalty.
c.
Hipotesa 3
Pengujian b3 (strategi kemasan)
Ho: β3 = 0, artinya
variabel strategi
kemasan (X3) tidak berpengaruh terhadap variabel brand loyalty (Y).
Ha : β3 ≠ 0, artinya
variabel strategi
kemasan (X3) berpengaruh terhadap variabel brand loyalty (Y).
Pada tabel coefficients
didapatkan t hitung adalah 2,989. Dengan taraf signifikan 0,05 (2 –tailed) dan df = n-k-1 atau 130-3-1 =
126 (k adalah jumlah variabel independen), maka hasil t kritis adalah 1,979.
Jadi, t hitung (2,989) > t kritis (1,979) yang berarti hipotesis nol ditolak
atau diartikan strategi kemasan berpengaruh terhadap brand loyalty. Dan signifikansi sebesar 0,003 < 0,05 pada tabel coefficients, maka Ho ditolak
sehingga disimpulkan strategi kemasan berpengaruh terhadap brand loyalty.
.
3. Uji F (Pengujian Penetapan Harga,
Efektifitas Iklan dan StrategiKemasan
secara
serentak terhadap Brand Loyalty Produk Danone Aqua).
F hitung didapatkan nilai 43,450. Dengan taraf
signifikan 0,05 (2 –tailed) dan df1 = k-1 atau 4-1=3, df2 = n-k atau 130-4=126
(k adalah jumlah variabel), sehingga didapat hasil F kritis adalah 2,677. Jadi,
F hitung (43,450) > F kritis (2,677) yang berarti hipotesis nol ditolak atau
diartikan penetapan
harga, efektifitas iklan dan strategi kemasan secara serentak
berpengaruh terhadap brand loyalty. Dan probabilitas (signifikansi) diketahui
sebesar 0,000 < 0,05 pada tabel ANOVA, maka Ho ditolak sehingga dapat
diputuskan penetapan
harga, efektifitas iklan dan strategi kemasan secara serentak
berpengaruh terhadap brand loyalty.
4. Analisa Koefisien Determinasi (R2)
Analisa koefisien determinasi (R2) digunakan
untuk mengetahui besaran prosentase sumbangan pengaruh variabel independen
secara serentak terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel Model Summary
diketahui nilai R2 (Adjusted R Square)
adalah 0,497. Jadi sumbangan variabel independen (penetapan harga, efektifitas
iklan, dan strategi kemasan) yakni 49,7%, sedangkan sisanya sebesar 50,3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dan sisa faktor lain tersebut
adalah product, promotion selain iklan, place,
dan people yang lebih ditujukan pada
aspek behaviour.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pengujian hipotesis secara parsial didapatkan hasil
bahwa penetapan harga, efektifitas iklan dan strategi kemasan masing-masing
berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand
loyalty.Dan secara simultan menunjukkan hasil bahwa penetapan harga,
efektifitas iklan dan strategi kemasan berpengaruh signifikan dan positif
secara serentak terhadap brand loyalty.
Analisa koefisien determinasi pada adjusted
R Square sebesar 0,497 yang berarti sumbangan penetapan harga,
efektifitas iklan, dan strategi kemasan adalah 49,7%, sedangkan sisanya sebesar
50,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Faktor lain tersebut
adalah product, promotion selain iklan, place,
dan people yang lebih ditujukan pada
aspek behaviour.
Faktor yang
berpengaruh paling dominan adalah efektifitas iklan dimana elemen yang efektif
dalam peningkatan brand loyalty. Hal
ini terlihat dari perolehan nilai pada Standardized
Coefficients Beta sebesar 0,322 atau 32,2% dan t hitung paling besar (4,005) dengan signifikan terkecil (0,000).
.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Meskipun harga tinggi dibandingkan
merek lain, merek Danone Aqua diharapkan selalu memberikan kualitas tinggi
dengan mempertahankan kesegaran air mineral pegunungan, jernih dan bebas
bakteri agar kepuasan konsumen tetap dijaga sehingga dapat meningkatkan brand loyalty.
2. Harga yang ditetapkan disarankan juga
perlu membandingkan harga yang diberikan oleh kompetitor kepada konsumen. Hal
ini dikarenakan persaingan cukup ketat dimana merek lain juga menawarkan produk
yang sama dengan harga lebih rendah dari Danone Aqua.
3. Iklan Danone Aqua yang ditayangkan
menarik, namun perlu lebih banyak pesan yang bersifat persuasif untuk mengajak
konsumen untuk membeli. Dengan demikian, akan semakin sangat efektif dalam
beriklan.
4. Produk merek Danone Aqua diharuskan
untuk selalu memperhatikan stok yang ada di penjual. Hal ini agar konsumen
tidak berpindah merek lain jika konsumen berkeinginan untuk membeli Danone Aqua
di tempat penjual.
DAFTAR PUSTAKA
Cannon, Joseph P., William D Perreault, & Jr. E.
Jerome McCarthy. (2009). Pemasaran Dasar, Edisi 16 Pendekatan Manajerial Global Buku 2 (Diana
Angelica dan Ria Cahyani, Penerjemah.). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Dhurup,
Manilall., Chengedzai Mafini, & Tshepiso Dumasi. 2014. The impact of
packaging, price and brandwareness on brand loyalty: Evidence from the paint
retailing industry. Diambil dari: http://www.actacommercii.co.za. (20 Oktober
2014).
Doostar, Mohammad., Seyyed Mohammad Noe
Pasand Asli, & Nima Behrang. 2013 Factor and elements influencing brand
loyalty : A Case Study in Customers of Khazar gaz in Mazandaran. International
Journal of Agriculture and Crop Sciences Vol. 6(11), 712-715. Diambil dari:
http://ijagcs.com/wp-content/uploads/2013/10/712-715.pdf. (20 Oktober 2014).
Indrajaya, Richie. (2008). Jangan Takut Mulai Bisnis. Jakarta:
Penerbit MeBook Grup Puspa Swara.
Kartajaya, Hermawan. (2009). Markplus Basics. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kartajaya, Hermawan. (2010). Brand Operation. Jakarta: Esensi
Kotler, Philip., and Kevin Lane Keller. (2012). Marketing Management. New Jersey:
Prentice Hall.
Madura,
Jeff. (2009). Pengantar Bisnis 2 (ed. 4). Jakarta: Salemba Empat
Morissan. (2010).
Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rangkuti, Freddy. (2010). Spiritual Leadership in Business
Wake Up Khoirunnas Anfauhum Linnas: 25 ways to Increase Your Business Performance.
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suharno, dan Yudi Sutarso. 2010. Marketing
in Practice. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulehri,
Numair Ahmad. (2014). Impact of Quality, Advertisement and Company Image on Brand Loyalty in
CMPAK (ZONG), Research Journal of Finance and Accounting ISSN 2222-1697
(Paper), ISSN 2222-2847 (Online), Vol. 5, No. 11, 2014.
Diambil dari: http://www.iiste.org/Journals/index.php/RJFA/article/view/13536
(20 Oktober 2014)
Wahyudi, Sandy. (2012). Entrepreneurial Branding and
Selling. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Yuyun dan Delli Gunarsa. (2011). Cerdas Mengemas Produk Makan dan
Minuman. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
.
Komentar
Posting Komentar